Press Room

 

 

  • August, 24 2018

    Introduction to Industry 4.0 by Cinovasi

    Source : CINOVASI

    With a long proven track record of implementing industrial automation successfully in many sectors, Cinovasi Rekaprima now consists of highly experienced experts in Operational Technology (OT), as well as Information Technology (IT) and Internet of Things (IoT). 

     “Cinovasi is a System Integrator that not only is rare in Indonesia, it is also scarce in a broader region such as Asia Pacific. We are proud of our  combination of competencies in OT, IT and IOT. Furthermore having experts who have more than 23 years experience has made Cinovasi the leader in Indonesia for this solution,” said Ronaldi Junarto, Chief Executive Officer (CEO) of Cinovasi.

    “We have made a pledge and continuous efforts in developing and advancing ourselves to learn the latest technology, and we are ready to help industries implementing Industry 4.0“, Ronaldi continued.

    Jusan Qithri, Chief Technology Officer (CTO) of Cinovasi, explained that Industry 4.0 is a disruption to Industry 3.0 and is an era of Smartization, that ushers in smart manufacturing.

    Before speaking further about Industry 4.0, Jusan explained about the history of the industry.

    In the beginning, goods were manufactured manually by human or with the help of working animals. 

    In the 1800s, water- and-steam-powered machines were developed to increase the production capacity and this was the era of Industry 1.0.

    The development to Industry 2.0 occured at the beginning of 20th century, as electricity was used as the main power source for the production process.

    Meanwhile Industry 3.0 started in the last few decades of 20th century, when there were various invention for electronic devices, such as transistors, and others to more fully automate machines.

    The period of Industry 3.0 was also indicated by the development of electronic based automation system and computer (digitalization era).

    On April 4th, 2018, Indonesia has launched “Making Indonesia 4.0”, which is a strategic initiative from Indonesian government to encourage the implementation of Industry 4.0 in Indonesia.

    “In the last 3 years, we have done research and development about Industry 4.0 with several universities, such as Bandung Institute of Technology and Prasetiya Mulia University. When Indonesian government launched the ‘Making Indonesia 4.0’, we were very enthusiastic to welcome the initiative,” said Jusan.

     “We are now ready to adapt the Industry 4.0, but there are also several solutions using that theme although they are still oriented to 3.0,” said Fajar Wantah, Chief Business & Solution Development Officer Cinovasi.

    “One of the main features in Industry 4.0 is the digital twin between cyber or digital domain and physical domain, this is usually called as cyber-physical system which is nearly real-time. In order to build a cyber physical system, vertical integration, horizontal integration, and integration of the cycle from planning and design to product consumption are required. The condition for these integrations is that all elements of the system should be smart things,” Fajar continued.

    The changes from Industry 1.0, to 2.0, until 4.0, is called as Industrial Revolution. The latest is called as Industrial Revolution 4.0 or IR4.0. Even so, the revolution is not only to replace the old things with the new things.

    The implementation of IR4.0 is not only about purchasing a new high tech equipment, but also requiring fundamental changes in the people and process, besides the technology itself. Technology plays the role as the disruptor and forces the changes. But the main orientation of IR4.0 is the human, both in the production side e.g. manufacturer, and consumer side.

    Ronaldi concluded by saying that Smart Manufacturing driven by IR4.0 changes mass production to consumer-centric and mass customization and in this case the technology disruption and human-centric orientation will result in the changes of the production process.

    About Cinovasi:

    Cinovasi Rekaprima is an Indonesian technology company established in 2007. Born out of passion to explore and innovate in Industrial Automation System and Information Technology, Cinovasi Rekaprima has now  more than 120 employees with offices located in 5 big cities; Bandung, Jakarta , Surabaya, Makassar, and Dubai.

     

    For further information, please contact:

    Luciana Budiman

    Chief Communications Officer

    E: Luciana.budiman@Cinovasi.com

    T: +62-21-72895777

     

    24 Agustus 2018

    Pengenalan Industry 4.0 Oleh Cinovasi

    Sumber : CINOVASI

    Jejak PT Cinovasi Rekaprima (Cinovasi) sebagai perusahaan lokal yang mampu mengimplementasikan otomasi industri sudah terbukti dan terdapat di pelbagai sektor. Kali ini sebagai pakar operational technology (OT), teknologi Informasi (IT), dan Internet of Things (IOT), Cinovasi hendak berbicara tentang Industry 4.0.

    “Cinovasi merupakan perusahaan System Integrator yang cukup langka dijumpai tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di Asia Pasifik. Karena Cinovasi memiliki kombinasi kompetensi OT, IT, dan IOT, kita patut berbangga. Apalagi disertai pengalaman tenaga ahli selama 23 tahun, hal ini menempatkan Cinovasi sebagai leader di Indonesia untuk solusi ini,” kata Ronaldi Junarto, Chief Executive Officer (CEO) Cinovasi.

    “Kami terus mengembangkan dan memajukan diri untuk teknologi mutakhir, dan kami telah siap untuk membantu industri dalam mengimplementasikan Industry 4.0, “ lanjut Ronaldi.

    Jusan Qithri, Chief Technology Officer (CTO) Cinovasi, menjelaskan bahwa Industry 4.0 adalah disrupsi terhadap Industry 3.0, adalah era Smartization, untuk benar-benar menghidupkan smart manufacturing.

    Sebelum berbicara lebih banyak mengenai Industry 4.0, Jusan menjelaskan mengenai sejarah industri sebelumnya.

    Produksi barang pada awalnya dilakukan secara manual dibantu dengan tenaga binatang. Tahun 1800-an adalah awal dari Industry 1.0 ketika mesin bertenaga air dan uap dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

    Perkembangan ke arah Industry 2.0 terjadi pada permulaan abad ke 20, ketika listrik digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam proses produksi.

    Sedangkan Industry 3.0 dimulai sejak pertengahan abad 20, ketika berbagai penemuan dan pembuatan divais elektronik, seperti transistor, dan lainnya yang memungkinkan mesin-mesin secara individu diotomasi secara penuh untuk mengganti manusia sebagai operator.

    Periode Industry 3.0 ini juga ditandai dengan pengembangan sistem otomasi berbasis perangkat elektronik dan komputer (era digitalisasi).

    Pada tanggal 4 April 2018, Indonesia telah mencanangkan “Making Indonesia 4.0”, yaitu inisiatif strategis Indonesia untuk menghidupkan Industry 4.0 di Indonesia.

    “Dalam tiga tahun terakhir, kami telah melakukan penelitian dan pengembangan tentang Industry 4.0 bersama beberapa kampus, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Prasetiya Mulia. Ketika Pemerintah Indonesia mencanangkan ‘Making Indonesia 4.0’, kami dengan sangat antusias menyambut inisiatif tersebut,” jelas Jusan.

     “Saat ini, kita sedang antusias untuk mengadaptasi 4.0, akan tetapi tidak sedikit juga solusi yang sepertinya menumpang tema tersebut padahal solusi tersebut masih berkiblat ke 3.0,” jelas Fajar Wantah, Chief Business & Solution Development Officer Cinovasi.

    “Salah satu ciri utama 4.0 adalah digital twin antara cyber atau domain digital dan physical atau domain aktual fisikal, hal ini biasanya disebut cyber-physical system yang bisa dikatakan near real-time. Untuk membangun cyber physical system, diperlukan integrasi vertikal, integrasi horizontal, dan integrasi siklus dari perencanaan dan perancangan sampai ke konsumsi produk. Syarat untuk integrasi-integrasi ini, adalah semua elemen dari sistem harus merupakan smart things,” lanjut Fajar.

    Perubahan Industry dari 1.0, dilanjutkan 2.0, dan sampai di awal 4.0 ini, disebut sebagai Industrial Revolution. Dan yang paling kini ini disebut sebagai Industrial Revolution 4.0 atau disingkat IR4.0. Walaupun demikian, revolusi tidaklah semata menghilangkan ‘things’ yang lama dan mengganti semuanya dengan ‘things’ yang baru.

    Penerapan IR4.0 tidaklah semata membeli perangkat baru yang canggih dan mutakhir, melainkan memerlukan perubahan mendasar pada manusia dan prosesnya juga, selain daripada teknologinya. Teknologi memainkan peran disruptif dan memaksa perubahan. Namun orientasi utama IR4.0 adalah manusia-nya, baik dari sisi produsen sebagai manufaktur misalnya, maupun dari sisi konsumen.

    Ronaldi menutup dengan mengatakan bahwa Smart Manufacturing yang didorong oleh IR4.0 adalah perubahan menuju consumer-centric dan mass customization daripada mass production sehingga disrupsi teknologi dan orientasi human-centric itu memiliki konsekuensi perubahan dalam proses bekerja.

     

     

    Mengenai Cinovasi:

    Cinovasi Rekaprima adalah perusahaan teknologi Indonesia yang dibangun sejak Tahun 2007. Berangkat dari kegemaran untuk mengeksplorasi serta melakukan inovasi teknologi di Industrial Automation System dan Information Technology, Cinovasi Rekaprima berkembang terus dan memiliki karyawan lebih dari 120 orang serta kantor di 5 kota besar yaitu Bandung, Jakarta, Surabaya, Makasar, dan Dubai.

     

    Untuk keterangan lebih lanjut hubungi:

    Luciana Budiman

    Chief Communications Officer

    E: Luciana.budiman@Cinovasi.com

    T: +62-21-72895777

     

CINOVASI - Create.Inovate.Synergize